Jakarta - Indonesia bertekad melakukan transformasi mendasar pada sistem pelatihan vokasi bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Sebagai motor penggerak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenP2MI) membangun sinergi strategis dengan 12 Kementerian dan Lembaga pemerintah. Tujuan besar dari sinergi ini adalah melakukan lompatan kualitas dengan menyelaraskan standar pelatihan dalam negeri agar setara dengan tuntutan kompetensi dan perlindungan tingkat global.
Transformasi ini diperlukan karena dinamika pasar kerja internasional yang terus berubah dengan cepat, dipacu oleh revolusi industri 4.0 dan permintaan atas keterampilan baru. PMI masa depan tidak hanya dituntut terampil secara konvensional, tetapi juga melek digital, adaptif, dan memiliki kemampuan pemecahan masalah. Pertemuan ini dirancang untuk merespon tantangan tersebut secara kolektif.
Pembahasan mengerucut pada upaya adaptasi kurikulum pelatihan yang tidak hanya berpatokan pada kebutuhan saat ini, tetapi juga bersifat antisipatif terhadap tren pekerjaan di masa depan. Misalnya, untuk sektor perawatan (caregiver), kini diperlukan pula pengetahuan tentang alat-alat kesehatan digital dasar atau teknik komunikasi dengan keluarga pasien dari budaya berbeda secara virtual.
Perwakilan dari Kementerian Luar Negeri turut memberikan masukan berharga berdasarkan pengalaman di lapangan, mengenai kompetensi spesifik dan sikap kerja yang paling dihargai oleh employer di berbagai negara. Data dan masukan ini akan menjadi acuan berharga dalam men-design pelatihan yang benar-benar sesuai dengan ekspektasi pasar kerja internasional.
Aspek penting lainnya adalah upaya untuk mendapatkan pengakuan (recognition) terhadap sertifikat kompetensi lulusan pelatihan vokasi PMI dari lembaga sertifikasi internasional atau pemerintah negara tujuan. Sinergi lintas kementerian akan bekerja untuk membangun kerja sama mutual recognition agreement (MRA) di bidang ketenagakerjaan, yang akan sangat meningkatkan nilai sertifikat yang dimiliki PMI.
Transformasi juga mencakup modernisasi metode pelatihan. Diskusi mengarah pada pemanfaatan teknologi untuk blended learning, di mana sebagian materi teoritis dan pengenalan dapat diakses secara daring sebelum pelatihan tatap muka intensif. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya, sekaligus membiasakan calon PMI dengan pembelajaran digital.
Sinergi yang dibangun hari ini diharapkan menjadi fondasi yang kokoh untuk sebuah sistem pelatihan vokasi PMI yang tangguh, berkelas dunia, dan menjadi benchmark di kawasan. Sistem ini akan menempatkan Indonesia sebagai negara yang tidak hanya peduli pada penempatan, tetapi juga pada investasi besar-besaran pada peningkatan kapasitas warganya yang akan bekerja di luar negeri.