Nusantara - Dalam gegap gempita pembangunan infrastruktur Ibu Kota Nusantara (IKN), aspek paling fundamental yang tidak boleh ternodai adalah keselamatan jiwa manusia. PT Hutama Karya (Persero), sebagai pelaksana pembangunan Kawasan Yudikatif dan Legislatif, menempatkan prinsip ini di atas segalanya. Perusahaan secara tegas menyatakan komitmen untuk mencapai target Zero Fatality, atau nihil korban jiwa, selama pelaksanaan proyek-proyek strategis di IKN ini, sebuah janji yang diwujudkan melalui sistem manajemen terstruktur dan teknologi pengawasan canggih.
Pilar utama dari komitmen ini adalah penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terintegrasi yang disebut HK Shield. Sistem ini dirancang untuk mengantisipasi, mengidentifikasi, mengendalikan, dan memitigasi segala potensi bahaya di lokasi konstruksi yang sangat dinamis dan melibatkan ribuan tenaga kerja. HK Shield mencakup protokol ketat mulai dari induksi keselamatan wajib bagi setiap pekerja yang masuk lokasi, pengawasan harian, hingga prosedur tanggap darurat yang terlatih.
Teknologi menjadi force multiplier dalam memastikan lingkungan kerja yang aman. Hutama Karya memanfaatkan platform Building Information Modelling (BIM) 360 tidak hanya untuk koordinasi desain, tetapi juga untuk melakukan simulasi risiko keselamatan (safety simulation) sebelum pekerjaan fisik dimulai. Dengan simulasi ini, tim dapat mengidentifikasi titik-titik berbahaya seperti area kerja di ketinggian, pergerakan crane, atau zona lalu lintas alat berat, dan merencanakan langkah pencegahan yang lebih efektif.
Pengawasan real-time juga ditingkatkan. Kemungkinan penerapan teknologi seperti drone untuk inspeksi area yang sulit dijangkau, sensor IoT (Internet of Things) untuk memantau kondisi lingkungan (seperti kadar debu atau kebisingan), serta wearable device untuk memantau kondisi kesehatan pekerja di lokasi yang terik, menjadi bagian dari ekosistem K3 modern. Pendekatan proaktif ini memungkinkan intervensi dilakukan sebelum insiden terjadi.
Komitmen keselamatan ini merupakan keharusan mengingat skala dan kompleksitas proyek. Pembangunan kawasan seluas puluhan ribu meter persegi dengan struktur arsitektur yang unik, pekerjaan di ketinggian untuk sky garden, serta instalasi sistem mekanikal elektrikal yang rumit, menyimpan banyak potensi risiko. Tanpa sistem yang robust, target Zero Fatality akan sangat sulit dicapai.
Budaya keselamatan (safety culture) juga ditanamkan hingga ke level terdepan. Hal ini berarti setiap individu, dari manajer proyek hingga tukang, memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk menghentikan pekerjaan jika mengidentifikasi kondisi tidak aman. Pelatihan berkala, briefing pagi (toolbox meeting), dan reward system bagi praktik kerja aman menjadi instrumen untuk membentuk budaya ini.
Pencapaian Zero Fatality di proyek sebesar IKN akan menjadi prestasi monumental dan contoh bagi industri konstruksi nasional. Ini akan membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur berkecepatan tinggi tidak harus mengorbankan nyawa manusia. Bagi Hutama Karya, ini adalah tanggung jawab moral sekaligus bisnis, karena lingkungan kerja yang aman terbukti meningkatkan produktivitas, moral pekerja, dan kualitas hasil akhir proyek.
Dengan demikian, setiap pilar yang berdiri di Kawasan MA dan MPR IKN nantinya tidak hanya dibangun dari beton dan baja, tetapi juga dari prinsip penghargaan tertinggi terhadap nyawa manusia. Warisan yang akan ditinggalkan Hutama Karya di IKN bukan hanya gedung-gedung ikonik, tetapi juga standar baru dalam keselamatan konstruksi Indonesia yang patut dijadikan panutan.