Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) STJ Budi Santoso menyatakan bahwa berdasarkan data yang diperoleh hingga tahun 2022, cadangan nikel di Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan smelter dalam jangka panjang. Cadangan nikel saprolite dengan kadar 1,5-3% diperkirakan hanya dapat bertahan selama delapan tahun, sedangkan cadangan nikel limonite dengan kadar 0,8-1,5% diperkirakan dapat bertahan hingga sepuluh tahun.
"Oleh karena itu, kita harus segera melakukan eksplorasi. Konsep hilirisasi yang berkelanjutan harus mencakup aspek eksplorasi. Jika tidak, dalam waktu lima hingga sepuluh tahun ke depan, kita akan menghadapi masalah," ungkap Budi setelah menghadiri Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi XI DPR RI pada Kamis (20/2/2025).
Budi menambahkan bahwa saat ini Indonesia lebih fokus pada hilirisasi tanpa mempertimbangkan umur cadangan nikel yang ada.
Kita membahas mengenai hilirisasi yang berkelanjutan, namun perhatian kita hanya tertuju pada jumlah yang ada saat ini. Jika ingin melanjutkan, jumlah ini harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan, ujarnya.
Baca Juga: Warisan Dan Nilai-Nilai Bisnis Achmad Hamami Bagi Pengusaha Muda Indonesia
Selanjutnya, Budi menjelaskan bahwa untuk memperpanjang usia cadangan nikel, diperlukan eksplorasi lebih lanjut guna menambah cadangan, sehingga hilirisasi nikel di Indonesia dapat bertahan lebih dari satu dekade.
"Pertanyaannya selanjutnya adalah apakah akan dilakukan eksplorasi untuk menambah sumber daya dan cadangan yang ada. Jika eksplorasi tersebut dilakukan, maka situasi ini akan mengalami perubahan," ujarnya.